Postingan

Nasehat kepada orang lain dan Mengenali diri sendiri

Saya sering buka-buka status di Medsos, status-status antara yang satu dengan yang lain saling menanggapi atau saling merespon, meskipun tidak secara langsung memberi komentar di akunnya. Tapi memberi tanggapan dengan status di akunnya sendiri. Terlebih yang berhubungan dengan agama, khususnya ibadah. Seorang teman Facebook, karena hobinya selfie, maka ke mana ia pergi , ia selalu berfoto-foto untuk di-upload di Medsos. Termasuk ketika ia ke tempat ibadah, selfie di majelis ta'lim, selfie ketika umrah, ada juga yang selfie ketika naik haji, selfie ketika di masjid, dll. Biasanya teman yang kenal dekat akan memberi tanggapan komentar yang positif, atau sekedar apresiasi. Seperti kata-kata: "Pantesan ngga pernah kelihatan, ternyata lagi umroh", "Alhamdulillah ya akhirnya terkabul bisa naik haji", atau ada yang bertanya: 'Itu ngajinya di mana?" Tapi bagi sebagian teman lain, yang bersikap kritis sering memberi tanggapan secara tak langsung, yaitu menan

Meluruskan Aqidah, Memurnikan Tauhid dan Menjauhkan dari Syirik

Membahas masalah Aqidah erat hubungannya dengan Tauhid. Aqidah merupakan konsep keimanan, keyakinan yang kokoh atas prinsip iman. SedangkanTauhid adalah sifat aqidah Islam, yang monotheis mutlak. Mengesakan Allah secara mutlak, tidak beroknum, berkepribadian ganda, dan tidak bersekutu............ Di sini saya tidak akan membahas masalah aqidah berdasar keilmuan agama, melalui dalil-dalil al Quran dan Hadits, atau yang lebih jauh tentang ilmu kalam. Sama sekali saya masih awam. Saya hanya mencoba menelaah dari aspek lain yang sangat jarang ada di pengajian apalagi dalam pendidikan formal. Ada sebuah sedikit cerita pengalaman seseorang yang menurut saya sangat erat hubungannya dengan pembahasan Aqidah Tauhid, khususnya tentang kesyirikan. Meskipun cerita ini saya sendiri masih lupa-lupa ingat. Seorang ibu-ibu lanjut usia sedang sakit, yang ia sendiri tidak tahu persis sakitnya apa. Padahal di rumah dan lingkungannya, beliau ada seorang yang dikenal sebagai orang tempat dimintai p

Saya ditangkap polisi?

Gambar
Awalnya saya sendiri juga bingung siapa yang bikin isu saya ditangkap polisi? Waktu itu saya kerja di sebuah perusahaan produksi kacamata dari tahun 1995-1998. Tiap hari sabtu saya kerja setengah hari. Sepulang dari kerjaan, saya langsung istirahat di kost tempat saya nginap. Belum begitu lama, tahu-tahu ada yang ngetok pintu kamar. Begitu saya buka, saya kaget tapi juga was-was. Saya kaget soalnya yang dateng ternyata temen kerja saya, yang lagi ada urusan sama polisi. Dia lagi ngejalanin masa tahanan. Was-was jangan-jangan dia diawasin sama polisi, dan berhubung dateng ke kost saya, khawatir nanti saya dibawa-bawa kasus juga. Karena saya ketakutan, saya langsung tanyain temen saya (dengan nada kurang bersahabat). Ini hanya kira-kira percakapan waktu . "Eh eluh, ngapain luh ke sini? Luh kan lagi kena kasus sama polisi. Jangan-jangan luh mau bawa-bawa saya lagi, nyeret saya sama kasus ini. Emang saya salah apaan?, saya ngga ada urusan ama eluh soal ini, kita masing-masing a

Bahasa Jawa Dialek Magelangan

Gambar
Mirengakaké obrolané Mas Paijo karo Mas Wawan. Mas Wawan: Mas, nèk ra salah sampéyan ki ndak sing jenengé Joko tå , kancaku sekolah mbiyen kaé ?  Mas Paijo:  Owalah, Wan, Wan, kowé ki lali på karo aku, ha wong aku w è ij èh apil karo kowé kok. Ha kok kowé isa-isané wis lali. Kowé ki mbiyen sekå kelas 1 nganti kelas 3 sak kelas terus karo aku. Apå dumèh pirang-pirang taun ra ketemu? Njur saiki lali, ngono på ? Ha nèk aku jan blas ora lali. Mas Wawan: Yå ora ngono maksudé Jo, samaré aku nèk salah uwong ngono lho. Aku ki saiki pancèn cok panglingan karo kåncå-kåncå ki . Nèk mbiyèn rak ij èh enom kaé dh å apal. Nèk saiki rak wis pådhå-pådhå tuwane tå?. Ha kuwi sing cok marai dadi lali ké . Mas Paijo: Nganu waé på saiki mampir dolan nang nggon aku waé. Aku kepengin ngobrol-ngobrol karo sampéyan jé .  Jenengé wè wis suwé ora tau ketemu, ha rak mesthi okèh critané iki. Priyé ? Gelem pora ? Mas Wawan: Wah yå ayo nek ngono tapané Jo, njo! . Mas Paijo: Sakjané

Dikontrakan, Di kontrakkan atau Dikontrakkan?

Gambar
Ketika saya ke luar tempat kost, berangkat kerja, jalan-jalan, pergi ke warung, dan lain-lain, sering kali menemukan papan tulisan di samping rumah atau di tembok jalan. Kadang ada yang ditulis menggunakan bahan spanduk atau ada juga dengan kertas biasa. Namun yang aneh, jika saya perhatikan ejaan tulisannya jika dibaca bisa jadi salah paham. Tentu saja semua paham maksud dari tulisan di atas, yaitu menawarkan Rumah untuk disewa (dikontrak). Contoh penulisan yang salah seperti gambar di atas. RUMAH INI DIKONTRAKAN. Jika diperhatikan ejaan tulisannya akan menemukan makna kata yang rancu. Dalam tata bahasa Indonesia kata 'dikontrakan' berasal dari kata dasar 'kontra', mendapat awalan di- dan akhiran -kan. Jadi bukan kata dasar 'kontrak' yang mendapat awalan di- dan akhiran -an. Karena tidak ada kata awalan dan akhiran sekaligus (konfiks) 'di-an'. Kata 'kontra' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti 'dalam keadaan tidak setuju

Mengajar di LPK

Gambar
Sekitar Juli 1998, saya terpaksa harus resign dari pekerjaan. Tiga bulan setelah terjadi kasus kerusuhan massa Mei 1998. Setelah keluar kerja, saya bingung harus cari kerja di mana. Belum ada gambaran dan tujuan yang jelas. Setiap hari saya beli koran lokal Pos Kota, buat cari lowongan kerja. Soalnya di koran Pos Kota memang paling banyak memuat lowongan pekerjaan khususnya di wilayah Jabodetabek, dari pada koran-koran nasional. Beberapa kolom lowongan kerja yang berhubungan dengan desain grafis saya simpen nomor dan alamatnya. Kalau yang deket-deket langsung saya samperin. Suatu waktu saya ketemu lowongan 'Dicari tukang gambar kartun'. Saya berpikir, wah saya harus cobain nih ngelamar. Penasaran juga, misalnya bikin gambar manual juga ngga apa-apalah. Paginya nyiapin lamaran, berangkat naik Metromini dari Cengkareng meluncur menuju Roxy Mas, Jakarta Pusat. Sampai Roxy, saya cari-cari alamat dulu seperti yang tercantum di koran. Setelah alamat ketemu dan cocok nomorny